Thursday, April 11, 2019

CICADAS BANDUNG

Cicadas (baca : Cikadas), salah satu species serangga alias jangkrik menurut mbah Google tapi bukan itu yang mau kita bahas guys...

CICADAS (dieja : ec-i-ci,ce-a-ca, de-a-da, es, dibaca cicadas) sebuah urban downtown macam Bronx-nya Amrik... daerah dengan kepadatan pemukiman dan penduduk super padat merapat, negara beling, negara cadas, negeri zaman old para freeman (baca : preman, jeger (basa sunda slang merujuk kata ganti "preman" yang diambil dari pengucapan belakang nama vokalis Rolling Stone, Mick Jagger)). Negeri yang jadi inspirasi tema sinetron Preman Pensiun besutan ersitiay (baca : RCTI). Umumnya, kalau anda sedang di BDG bagian jalan Ahmad Yani atau kitaran Cikutra terus  nemu jalan setapak cukup buat semotor dua motor bagai labirin-labirin gang-gang yang bikin bingung dan cukup beruntung menemukan gadis-gadis cantik yang tinggal di pemukiman labirin-labirin tersebut, sudah dipastikan anda berada di CICADAS.... Welcome TO CICADAS guys...!!! Berangkaaatttthhhh...


Si saya alias gueh bukan sotoy sembarang ngomongin cicadas tapi literally, sodara gueh adalah  penghuni Cicadas original since zaman old. Abang gueh pernah nge-kost kuliah disana juga tepatnya sekitaran Sekepondok and then 1(satu) dekade berlalu giliran gueh yang ngekost kuliah disana. Abang pernah temenan sama Kang Ujang Gondrong, preman nyang rambut panjangnya halus lembut, wangi, panjang dan hitam berkilau sebelas duabelas sama gadis Sunsilk, Kang Ujang yang bertubuh tinggi langsing ini dulu megang daerah pasar Cicadas sekitaran RS.Santo Yusuf di era 90-an (Zamannya Dillan 1990-1991). Yang dirasakan abang gueh kalo soal makan, sebagai mahasiswa daerah 90-an notabene masih langka kartu ATM apalagi aplikasi bank/transfer di HP, waktu ntuh wesel ortu (kiriman duit via kantor pos) kadang telat di-pos-kan ortu tapi abang gak khawatir gak bakal kelaperan kalau berkawan sama Kang Ujang. Urusan sembako, pedagang pasar sudah "paham" kuota jadwal harian Kang Ujang dan kuota-nya ini sering dibagi ma Abang gueh.. Nah 10 thn berlalu giliran gueh kuliah di BDG, ngekost di Sekepanjang IV and kalao maghriban sering ketemu di Masjid Attaufiq sama Kang Dayan "Preman Pensiun" yang pernah megang daerah sekitaran sebelah sisi jalan Cikutra Lama / Pasar Cicadas bagian Sekepanjang 1-4. Gueh berkawan sama Kang Dayan sewaktu beliau sudah insap tobatan nasuha. Beliau waktu itu (awal 2000an) lagi getol-getolnya hijrah dengan belajar ilmu agama di mesjid-mesjid bahkan sampai mendalami ilmu hikmah, macam salah satu aliran perguruan tenaga dalam. Eks luka lama codet di pipinya bagai Kenshin Samurai X melintang dari alis sampai bibir atas menandakan bahwa di zaman old beliau pernah terkena sabetan sajam melintang di muka. Ukuran tubuhnya imut kebangetan untuk disebut seorang Jeger tapi bekas luka sabetan di wajah sangarnya menunjukan bahwa nyalinya jauh lebih besar melebihi ukuran tubuhnya dan sifanya yang "sufiisme" menjadikan jalan kaki sebagai cara bertransportasi daripada bawa motor karena selain "sufiisme", aslinya motor gak kebeli karena minim penghasilan, waktu itu beliau adalah tenaga keamanan pabrik sepatu rumahan beda sewaktu zaman old ketika smasih berstatus "Jeger" dimana uang akan datang sendiri dari hasil tarikan "iuran keamanan" dari pemilik-pemilik usaha. Soal urusan Hijrah, Kang Dayan ini gak setengah-setengah dalam pengaplikasian ilmu agama dikeseharian. Pindah dari mesjid satu ke mesjid lainnya diniatkan untuk ngaji dan solat dan itu jadi kebiasaan yang ditularkan Kang Dayan ke pengikutnya.

Suatu malam, sekitar tahun 2003an, di Sekepanjang IV pas dijalan gang depan kost digelar acara malam rakyat 17 Agustus which was special called "Organ Tunggal a.k.a Dangdut". Panggung Dangdut organ tunggal sedang mewabah di masyarakat menegah ke bawah awal 2000an sebagai efek domino acara dangdut naik kelas di TV dan dijual sebagai VCD (bajakan). Saat itulah "the raising star" penyanyi dangdut mbak ngebor berinisial I.D dan tante ngecor berinisial U.P lagi booming. Lagu-lagunya diputar jadi best seller di penjaja VCD bajakan. Lanjut cerita semula, tengah malam acara dangdutan sudah kelar, anehnya penonton gak kunjung ngebubarin diri dan sudah kuduga bakal terjadi keributan massal. Botol-botol miras beterbangan, beradu sama aspal jalan sampai pecah menjadi beling-beling. Dari situ gueh pikir, mungkin bisa jadi ini yang jadi asal muasal sebutan negara "beling" untuk Cicadas zaman old, dimana botol-botol kaca miras jadi minuman harian penghilang dahaga para penguasa jalanan then seketika melihat ada ancaman dari kelompok luar, mereka ga segan mecahin botol sebagai alat tempur dijadikan sajam mirip film-film tema mafia triad dari Hongkong.

Atas dasar kejadian pasca bubar dangdutan,berselang beberapa waktu gueh ngobrol sama Kang Dayan pengen ngorek-ngorek masa lalunya ketika Cicadas masih menjadi Negeri Para Preman.

No comments:

Post a Comment